Minggu, 31 Januari 2010

Mantiq, Ilmu atau Pengetahuan?

Assalamualaikum Wr. Wb,

Lantaran sedikit disibukan oleh urusan meningkatkan daya pancar (signal Hot Spot) di Kantin Rasamala Cyberzone, ditambah belakangan ini juga koneksinya agak lemot, sehingga urusan tulis-menulis untuk melanjutkan artikel Pengetahuan (knowledge) dan Ilmu (science) yang sempat dikritik kepanjangan, jadi sedikit agak tertunda.

Ok, kebetulan nih, … akhir-akhir ini berkembang beraneka- macam berita, mulai dari gonjang-ganjing bail out bank Century, dua orang pimpinan KPK dianugerahi gelar tersangka, .. sampai disinyalir U.U Tipikor bakal di mentahkan atau dilemahkan taringnya, yang mau tidak mau mengajak kita untuk sedikit berpandai-pandai menggunakan akal yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepada kita. Untuk itu saya berencana mengajak (kalau mau) bersama-sama membedah penggunaan mantiq atau logika kita guna mempelajari hukum-hukum, patokan-patokan dan rumus-rumus berpikir.

Pengetahuan & Ilmu

Pengetahuan (Knowledge) & Ilmu (Science)

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.

Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.

Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut.

Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.

Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi.

Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan kesehatannya atau bahkan meningkatkan status kesehatannya. Rasa sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif dengan tahapan-tahapannya.

Definisi Ilmu Pengetahuan

Definisi ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya (apabila dilihat dari luar), maupun menurut hubungannya (jika dilihat dari dalam).

–Mohammad Hatta–
Definisi ilmu dapat dimaknai sebagai akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan
——-Suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris.Ilmu dapat diamati panca indera manusia ——- Suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada para ahlinya untuk menyatakan -suatu proposisi dalam bentuk: “jika,…maka…”

–Harsojo, Guru Besar Antropolog, Universitas Pajajaran–
Definisi ilmu bergantung pada cara kerja indera-indera masing-masing individu dalam menyerap pengetahuan dan juga cara berpikir setiap individu dalam memroses pengetahuan yang diperolehnya. Selain itu juga, definisi ilmu bisa berlandaskan aktivitas yang dilakukan ilmu itu sendiri. Kita dapat melihat hal itu melalui metode yang digunakannya.

Sifat-sifat ilmu

Dari definisi yang diungkapkan Mohammad Hatta dan Harjono di atas, kita dapat melihat bahwa sifat-sifat ilmu merupakan kumpulan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu yang…

  1. Berdiri secara satu kesatuan,
  2. Tersusun secara sistematis,
  3. Ada dasar pembenarannya (ada penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan disertai sebab-sebabnya yang meliputi fakta dan data),
  4. Mendapat legalitas bahwa ilmu tersebut hasil pengkajian atau riset.
  5. Communicable, ilmu dapat ditransfer kepada orang lain sehingga dapat dimengerti dan dipahami maknanya.
  6. Universal, ilmu tidak terbatas ruang dan waktu sehingga dapat berlaku di mana saja dan kapan saja di seluruh alam semesta ini.
  7. Berkembang, ilmu sebaiknya mampu mendorong pengetahuan- pengatahuan dan penemuan-penemuan baru. Sehingga, manusia mampu menciptakan pemikiran-pemikiran yang lebih berkembang dari sebelumnya.

Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa tidak semua pengetahuan dikategorikan ilmu. Sebab, definisi pengetahuan itu sendiri sebagai berikut;

Segala sesuatu yang datang sebagai hasil dari aktivitas panca indera untuk mengetahui, yaitu terungkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya, sedangkan ilmu menghendaki lebih jauh, luas, dan dalam dari pengetahuan. (Wikipedia berbahasa Indonesia)

Mengapa ilmu hadir?

Pada hakekatnya, manusia memiliki keingintahuan pada setiap hal yang ada maupun yang sedang terjadi di sekitarnya. Sebab, banyak sekali sisi-sisi kehidupan yang menjadi pertanyaan dalam dirinya. Oleh sebab itulah, timbul pengetahuan (yang suatu saat) setelah melalui beberapa proses beranjak menjadi ilmu.

Bagaimanakah manusia mendapatkan ilmu?

Manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan sempurna, yaitu dilengkapi dengan seperangkat akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran inilah, manusia mendapatkan ilmu, seperti ilmu pengetahuan sosial, ilmu pertanian, ilmu pendidikan, ilmu kesehatan, dan lain-lain. Akal dan pikiran memroses setiap pengetahuan yang diserap oleh indera-indera yang dimiliki manusia.

Dengan apa manusia memperoleh, memelihara, dan meningkatkan ilmu?

Pengetahuan kaidah berpikir atau logika merupakan sarana untuk memperoleh, memelihara, dan meningkatkan ilmu. Jadi, ilmu tidak hanya diam di satu tempat atau di satu keadaan. Ilmu pun dapat berkembang sesuai dengan perkembangan cara berpikir manusia.

Konsep Ilmu

Konsep ilmu sudah banyak digagas oleh para ilmuwan, baik ilmuwan yang hidup pada zaman dahulu maupun ilmuwan yang hidup pada masa sekarang. Ilmuwan Indonesia pun tidak ketinggalan, mereka telah menyumbangkan konsep ilmu bagi khazanah intelektual di negeri ini khususnya dan di dunia umumnya.

Konsep ilmu menurut para ahli

* Mulyadhi Kartanegara (2000)
Konsep ilmu dalam Islam meliputi yang ghaib (metafisik) dan nyata (fisik) yang diperoleh melalui indera, akal, dan intuisi/nalar.

* Afzalur Rahman
Konsep ilmu menurut penulis buku Ensiklopediana Ilmu dalam Al-Quran ini adalah: “… Ilmu dapat menggapai Sang Pencipta melalui observasi yang teliti dan tepat tentang hukum-hukum yang mengatur alam ini.”

* Al Ghazali
Dalam Ihya’ Ulumuddin, Al Ghazali mengungkapkan tentang konsep ilmu. Menurutnya, ilmu terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:
  1. Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan aqidah dan ibadah wajib. Setiap orang wajib mendalami ilmu-ilmu tersebut (fardhu a’in).
  2. Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ruang public, misalnya: ilmu kedokteran, ilmu sosiologi, ilmu komputer, dan lain-lain. Tidak semua orang wajib mempelajari ilmu-ilmu tersebut. Beberapa orang saja yang mempelajarinya sudah cukup (fardhu kifayah).
* Danah Johar dan Ian Marshal
Dua ilmuwan ini mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul SQ (Kecerdasan Spiritual) bahwa ilmu pengetahuan membantu manusia untuk memahami hal-hal yang bersifat spiritual.

* Plato
Konsep ilmu yang digagas oleh Plato, yaitu konsep ide sebagai realitas sejati. Adapun pengalaman dan penelitian merupakan ingatan dari dunia ide.

* Anaximandros
Dia berpendapat bahwa: “Semua adalah yang tak terbatas”.

* Thales dari Milletos
Ilmuwan yang satu ini menyampaikan konsep ilmu sebagai berikut, “Semua adalah air”.

* Aristoteles
Murid Plato ini menyumbangkan pemikirannya yang berseberangan dengan Sang Guru. Konsep ilmu yang ditawarkan mengenai realitas sejati merupakan hasil dari melihat, mengamati, mendengar, dan meneliti suatu objek. Kemudian, akal pikiranlah yang akan mengolah menjadi suatu kesadaran.

Konsep ilmu dalam pandangan Al-Quran

* Konsep ilmu dalam Al-Qur’an :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya siang dan malam, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi …” (Al-Quran, Surah Ali-Imran [3]: 190-191

Manfaat ilmu bagi manusia tidak terhitung jumlahnya. Sejak Nabi Adam hingga sekarang, dari waktu ke waktu ilmu telah mengubah manusia dan peradabannya. Kehidupan manusia pun menjadi lebih dinamis dan berwarna.
Dengan ilmu, manusia senantiasa:

* mencari tahu dan menelaah bagaimana cara hidup yang lebih baik dari sebelumnya,
* menemukan sesuatu untuk menjawab setiap keingintahuannya,
* menggunakan penemuan-penemuan untuk membantu dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Manusia pun menjadi lebih aktif mengfungsikan akal untuk senantiasa mengembangkan ilmu yang diperoleh dan yang dipelajarinya.
Selain itu berkat ilmu, manusia:

* menjadi tahu sesuatu dari yang sebelumnya tidak tahu,
* dapat melakukan banyak hal di berbagai aspek kehidupan,
* menjalani kehidupan dengan nyaman dan aman,

Manfaat berbagai Ilmu

* Manfaat ilmu Kimia
o Dapat mengubah bahan alam menjadi sesuatu/produk/ barang yang berguna untuk memenuhi dan membantu kehidupan manusia. Misalnya: sabun, mobil, pakaian, tumbuhan, enzim dan lain-lain.
o Manusia jadi mengetahui dan memahami kebutuhannya.
o Manusia lebih memahami tentang alam sekitar dan proses yang terjadi di dalamnya.
o Manusia memahami gejala alam yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari.
o Manusia memahami proses yang berlangsung di dalam tubuhnya.
* Manfaat ilmu Kedokteran
o Manusia dapat mengobati penyakit yang dideritanya.
o Manusia dapat memelihara dan menjaga kesehatannya.
o Manusia dapat menganalisis gejala penyakit yang menyerangnya.
o Manusia dapat meningkatkan kualitas hidupnya baik secara fisik maupun mental.
* Manfaat ilmu Astronomi
o Manusia jadi mengetahui pergerakan, penyebaran, dan karakteristik benda-benda langit.
o Manusia dapat menentukan awal bulan Puasa dan hari Lebaran.
o Manusia dapat menentukan waktu dengan berpatokan pada matahari atau bulan.
o Membantu manusia untuk menentukan arah mata angin.
o Manusia mengetahui terjadinya siang dan malam.
o Petunjuk fenomena alam (kejadian-kejadian alam) di bumi.
* Manfaat ilmu Sosiologi
o Dalam bidang pembangunan, sosiologi bermanfaat untuk memberikan data-data sosial pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun proses evaluasi pembangunan.
o Manusia dapat mengetahui cara berinteraksi dengan yang lainnya, baik dalam kolompok kecil maupun kelompok besar.
o Manusia mengetahui tentang pranata-pranata sosial sehingga memudahkannya untuk hidup dalam suatu kelompok tertentu.
* Manfaat ilmu Geografi
o Manusia mengetahui tentang perubahan iklim. Pengetahuan ini membantu manusia dalam bercocok tanam, bepergian, dan memelihara kesehatan.
o Manusia megetahui tentang lapisan-lapisan atmosfer dan dampaknya bagi kehidupan dan aktivitas sehari-hari manusia.
o Manusia mengetahui lapisan-lapisan bumi dan struktur bumi, laut dan isinya, sungai-sungai, dan lain-lain. Dengan itu, manusia dapat bercocok tanam, berlayar, mencari sumber makanan dan sumber energi di laut.
* Manfaat ilmu Arsitektur
o Manusia dapat membangun tempat tinggalnya (rumah) menjadi lebih indah, aman, dan nyaman sesuai dengan kondisi alam sekitarnya, serta membuat fungsi-fungsi ruang yang optimal.
* Manfaat ilmu Sejarah
o Manusia mengetahui kehidupan di masa lampau. Manusia dapat belajar dari pengalaman-pengalam an, barang-barang yang dihasilkan, dan cara hidup mereka.
* Manfaat ilmu Fisika
o Manusia dapat memanfaatkan energi yang ada di alam semesta.
o Di bidang fotografi, manusia dapat memotret berbagai kehidupan dengan kamera.
o Manusia dapat menghitung energi yang dikeluarkan dan yang masuk dalam berbagai aktivitas.
* Manfaat ilmu Matematika
o Digunakan dalam bidang sains dan teknik.
o Untuk penelitian masalah tingkah laku manusia.
o Membantu manusia dalam berdagang dan bidang perekonomian.
o Ilmu matematikan juga digunakan dalam bidang komputer.
o Membantu manusia berpikir secara matematis dan logis.
o Dengan bilangan, manusia dapat menentukan kuantitas.
o Dengan himpunan, manusia dapat berkelompok dan bersosialisi. (Sumber : pengetahuanumum. com)

Mengenal Ekonomi Pengetahuan

. . if there is one lesson in the past half century of economic development, it is that natural resources do not power economies, human resources do”

-Editorial The Washington Post, April 2001-
Gemah Ripah Loh Jinawi, Tata Tentrem Karta Raharja. Kita kenal untaian kata itu sebagai ungkapan kekaguman atas sebuah pulau bernama Jawadwipa yang terkenal subur nan makmur, mengundang siapapun untuk berkunjung. Dalam perjalanan sejarahnya, tanah Jawadwipa terpaksa digenangi darah pribumi yang berusaha mempertahankan dan pendatang yang terus menerus berupaya untuk merebutnya. Jawadwipa kini, menjadi rumah bagi lebih dari separuh penduduk Indonesia yang sekarang kita namai Jawa. Juga menjadi rumah bagi ribuan pendatang yang berpenghasilan jauh di atas kebanyakan pribuminya sendiri.

Seiring dengan pergeseran paradigma ekonomi politik dunia, perebutan potensi kemakmuran terus bergeser mencari bentuk terbarunya. Ketika pertanian sudah tidak dianggap lagi sebagai sumber kemakmuran utama, tanah tidak lagi dinilai semata-mata karena kesuburannya.

Pulau-pulau di Indonesia seperti Pulau Jawa hingga sekarang masih menunjukkan kesuburannya, namun perhatian bergeser ke komoditas-komoditas mineral yang dikandungnya. Dan di masa sekarang ini, pergeseran terjadi lebih drastis di mana tanah kini lebih dinilai sebagai tempat berpijak dan beraktivitas bagi manusia pemilik ide dan pengetahuan yang mumpuni, konon kita sekarang telah memasuki era ekonomi berbasis pengetahuan atau knowledge economy.

Sayangnya, dengan seluruh pergeseran drastis yang terjadi menuju ekonomi berbasis pengetahuan ini, kita masih terpaku pada jargon lama gemah ripah loh jinawi tadi. Kita berpacu mengeksploitasi kekayaan fisik negeri ini dan bahkan hingga sekarang tak kunjung menyesal meski kita sudah merasakan langsung dampak negatifnya. Banjir akibat kekacauan tata guna lahan dan pembalakan liar, kerusakan lingkungan akibat ekstraksi bahan mineral, hingga kondisi ketenagakerjaan menengah ke bawah yang lebih mirip perbudakan.

Jika kita telaah apa yang menjadi keunggulan kompetitif kita, yang nampak justru adalah ukuran-ukuran keterbelakangan kita yang memprihatinkan. Paradigma Gemah Ripah membuai kita yang dengan gampang memperbolehkan seluruh kekayaan alam kita dirampas. Ketika banyak penduduk dunia terus meningkatkan potensi dirinya untuk berkompetisi secara global, kita masih terjebak pada carut-marutnya pendidikan kita.

Ketika negeri kita mempromosikan diri bagi calon investor, ‘keunggulan’ yang ditonjolkan selalu adalah bahwa Indonesia adalah pasar luas dengan potensi tenaga kerja murah, yang tanpa dicambukpun akan melakukan pekerjaan apapun dan mengkonsumsi apapun yang dipromosikan ke mereka.

Kini pengetahuan adalah ‘kesuburan’ baru yang menjadi tumpuan dalam menciptakan kesejahteraan. Dengan anugerah kekayaan alam yang luar biasa ini, jadi wajib hukumnya kita terus meningkatkan pengetahuan menjadi nilai tambah ekonomis yang tak hanya menyejahterakan, namun memastikan seluruh kekayaan alam ini juga akan dinikmati generasi mendatang.

Kekayaan alam tetaplah menjadi pijakan perekonomian berbasis pengetahuan, namun pengetahuan itu sendirilah yang akan meningkatkan nilai tambah secara drastis jauh melampaui nilai fisik kekayaan alam itu sendiri.

Dunia ekonomi pengetahuan sendiri masih diwarnai silang pendapat tentang definisinya. Tanpa diembel-embeli kata ‘pengetahuan’ sekalipun Ilmu Ekonomika sudah berdasar pada pengetahuan. Pada sebuah studi oleh Keith Smith untuk The United Nations University, inti permasalahan pada pendefinisian Knowledge Economy berakar pada rumitnya definisi knowledge atau pengetahuan itu sendiri.

Pengetahuan (knowledge) sebagai nilai tambah ekonomi sendiri telah tercetus pada karya-karya Marx. Akhirnya Knowledge Economy dianggap sebagai hal yang ‘dimengerti’ namun ‘tak terdefinisi’, karena upaya-upaya pendefinisiannya sendiri lebih banyak terjebak pada retorika ketimbang pengartian definitif.

Dalam sebuah studi yang disponsori perusahaan-perusaha an besar seperti Microsoft, Rolls Royce, dan PriceWaterhouseCoop ers, Ian Brinkley dari The Work Foundation menggarisbawahi kesulitan pendefinisian ini dan mencoba menggunakan definisi sederhana “knowledge economy is what you get when firms bring together powerful computers and well-educated minds to create wealth.”

Intinya, pada Ekonomi berbasis pengetahuan, knowledge atau pengetahuan sebagai bagian tak terpisahkan dari manusia adalah sumber daya utama lebih daripada sumber daya manusia sebagai tenaga kerja belaka. Sementara sumber daya lain seperti modal dan bahan mentah tidak serta merta kehilangan nilainya, namun tidak lagi menjadi tumpuan utama (lihat artikel Nilai-nilai Intangible di pengusahamuslim. com

Ekonomi pengetahuan bukan hanya apa yang diterapkan pada industri-industri berteknologi tinggi saja. Namun pada industri-industri lain pun ekonomi pengetahuan telah diterapkan. Yang ditandai dengan lebih intensifnya penggunaan aset-aset nirwujud seperti pengetahuan, ide, dan keterampilan sebagai alat keunggulan kompetitif. Sumber daya manusia tidak lagi hanya penting sebagai tenaga kerja fisik (workforce), namun juga pemilik potensi nirwujud seperti ide dan pengetahuan (intellectual) .

Dalam framework manajemen sumber daya manusia, selain potensi workforce, manusia juga dibekali dengan knowledge, skill, attitude, technique, dan experience, dengan seluruh karakter khususnya yang membuat SDM kini menjadi lebih unik dan lebih menjadi tumpuan dibanding sebelumnya.

Kita ambil contoh, industri makanan dan minuman, misalnya seperti Kantin Rasamala - Hot Spot Service (free) yang tidak terlalu banyak menerapkan teknologi canggih. Lebih spesifik lagi pada satu jaringan kedai kopi paling kondang di muka bumi, Starbucks. Perusahaan ini adalah contoh sempurna bagaimana sebuah perusahaan non hi-tech mengaplikasi ide dan pengetahuan menjadi nilai tambah yang jauh mengalahkan nilai fisik dari kopi itu sendiri. Berapa banyak dari kita yang tahu bahwa supplier kopi terbesar bagi Starbucks adalah perusahaan asal Indonesia?
Tak bisa dipungkiri, kekayaan alam kita telah banyak berjasa menciptakan kemakmuran. Namun perusahaan-perusaha an seperti Kantin Rasamala - Hot Spot Service (free), Starbucksmembuktikan bahwa konsep-konsep seperti merk, layanan prima, dan atmosfer kenyamanan yang notabene adalah produk dari ide dan pengetahuan mampu menyumbang nilai tambah ekonomi jauh lebih tinggi. Meski wujud fisiknya sekalipun tak bisa kita raba, ide dan pengetahuan mampu memberikan dampak lebih besar dibanding komoditas-komoditas fisik yang selalu kita andalkan.

Kira-kira apa yang ada dalam benak para penduduk dunia ketika mendengar kata ‘Indonesia’? Tentu di luar fakta statistik atau sejarah seperti ‘kepulauan terbesar di dunia’, ‘negara berpenduduk terbanyak kelima’, atau ‘negeri yang merdeka tahun 1945?. Kita mungkin memuji diri sendiri sebagai bangsa yang ramah dengan alam yang kaya nan cantik. Namun apa yang sebenarnya dipikirkan mereka di luar sana?

Konon, saat The Smiling General membuka ‘forum investasi’ pertama di Jenewa, yang disebut-sebut ‘pertemuan merancang pengambilalihan Indonesia’, seorang utusan berkata bahwa negeri kita ini adalah ‘hadiah tiada tara dari timur’. Forum 3 hari itu kemudian berbuah ‘kaplingisasi’ kekayaan alam di Indonesia oleh korporasi internasional. Freeport mendapat bagian gunung tembaga di Papua Barat, Konsorsium Eropa menguasai nikel di Papua Barat, Alcoa menerima bagian terbesar bouksit di Indonesia, dan kelompok perusahaan Amerika, Jepang, dan Perancis mendapat hutan-hutan tropis di Sumatera, Papua Barat, dan Kalimantan. Puluhan tahun setelahnya, kita masih mengiklankan negeri ini sebagai negeri tujuan investasi dengan berbagai ‘keunggulan’, buruh yang murah (dan mudah diperdaya), sumber daya alam berlimpah plus regulasi acakadut, serta tentu pasar yang kebal krisis (kalo cuma pake sih kita jelas jago).

Kita punya Bali, yang sudah bukan konon lagi menjadi salah satu tujuan wisata dunia. Bahkan sering kita mendengar cerita bahwa Pulau ini lebih kondang dari Indonesia sendiri. Tak bisa dipungkiri bahwa kekayaan alam memang anugerah tak terkira yang diberikan pada kita. Namun kita justru terlena dan mengobralnya murah.

Bahkan setelah terjadi konsekwensi di luar perkiraan, kita masih juga tak belajar apapun. Kita mulai melangkah maju dengan program seperti visit Indonesia Year yang telah dua kali digencarkan. Namun di saat yang sama batu bara, hutan, hingga manusia-manusia negeri ini sedang diobral. Di seberang lain dunia, negara-negara lain juga tak kunjung memandang kita dengan respek lebih, karena meski prestasi-prestasi mulai kita bukukan, namun belum cukup mencipta gelombang ‘kebangkitan Indonesia’.

Bagai penjual di emperan pasar, bahkan lebih buruk, kita masih berkutat pada ide tentang apa yang bisa kita jual dari negeri ini. Belum lagi disempurnakan dengan birokrat korup yang menjadi makelar untuk memuluskan upaya obral yang lebih pantas disebut penjarahan ini. Kita tak kunjung beranjak dari jualan kiloan tanpa nilai tambah. Padahal konsep pemasaran tentu sudah bukan lagi barang baru bagi negeri ini. Namun apa daya, ilmu yang tak membumi belum juga mendatangkan manfaat bagi kita. Memasarkan negeri, tak bisa dipandang sinis sebagai upaya komersialisasi yang cuma kental unsur ekonomisnya saja.

Bicara memasarkan Indonesia, berarti mengkomunikasikan pada dunia tentang keunggulan-keunggul an nyata yang ditawarkan Indonesia. Jelas bukan lagi mengobral buruh murah dalam jumlah besar yang dipelihara ”dan dilestarikan” negara. Juga bukan sumber daya alam yang diserahkan cuma-cuma dan dimuluskan amplop di bawah meja.

Sebenarnya, Indonesia terlalu besar dan menawarkan terlalu banyak keunggulan. Untuk itu kita perlu tema besar sebagai payung, namun juga perlu tema spesifik bagi tiap daerah. Beberapa daerah telah memulainya, namun belum banyak yang bisa betul-betul mereguk kesuksesan darinya.

Memasarkan negeri berarti sadar penuh bahwa ketika kita berbisnis dengan siapapun, yang kita lakukan adalah bertukar nilai tambah dalam bingkai posisi yang setara. Kita tak lagi berposisi sebagai bangsa lemah yang cuma menyodorkan upeti cuma-cuma, namun mampu menyatakan dengan tegas identitas kita. (Sumber : zuchrivious, com)

“Basis Pengetahuan“ (Knowledge base)

Basis pengetahuan berisi pengetahuan relevan yang diperlukan untuk memahami, merumuskan, dan memecahkan persoalan. Basis tersebut mencakup dua elemen dasar :

1. fakta, misalnya situasi persoalan dan teori area persoalan, dan
2. heuristik atau aturan khusus yang mengarahkan penggunaan pengetahuan untuk memecahkan persoalan khusus dalam domain tertentu.

Selain itu, mesin inferensi dapat menyertakan pemecahan persoalan untuk tujuan umum dan aturan pengambilan keputusan ). Heuristik menyatakan pengetahuan peniliaian informal dalam area aplikasi. Pengetahuan, tidak hanya fakta, adalah bahan mentah primer dalam sistem pakar.
“Akuisisi Pengetahuan” (Knowledge Acquisition)

Akuisisi pengetahuan adalah pengumpulan data-data dari seorang pakar ke dalam suatu sistem (program komputer). Bahan pengetahuan dapat diperoleh melalui buku, jurnal ilmiah, literatur, seorang pakar, browsing internet, laporan dan lain-lain. Sumber pengetahuan dari buku, jurnal ilmiah, literatur, seorang pakar, browsing internet, laporan dijadikan dokumentasi untuk dipelajari, diolah dan dikumpulkan dengan terstruktur menjadi basis pengetahuan (knowledge base).

Sumber-sumber pengetahuan yang diperoleh agar menghasilkan data-data yang baik maka perlu diolah dengan kemampuan yang baik pula sehingga dapat menghasilkan solusi yang efisien. Karena kemampuan yang menjadi hal yang pokok/ wajib dibutuhkan oleh seorang pengembang sistem. Mendapatkan pengetahuan dari pakar adalah tugas kompleks yang sering menmbulkan kemacetan dalam konstruksi ES.

Dalam membangun sistem besar, seseorang memerlukan knowledge engineer atau pakar elisitasi pengetahuan untuk berinteraksi dengan satu atau lebih pakar manusia dalam membangun basis pengetahuan.

Biasanya knowledge engineer membantu pakar menyusun area persoalan dengan menginterpretasikan dan mengintegrasikan jawaban manusia, menyusun analogi, mengajukan contoh pembanding, dan menjelaskan kesulitan konseptual.

“Konsep Dasar Sistem Pakar” mencakup beberapa persoalan mendasar, antara lain siapa yang disebut pakar, apa yang dimaksud dengan keahlian, bagaimana keahlian dapat ditransfer, dan bagaimana sistem bekerja.

Pakar adalah orang yang memiliki pengetahuan, penilaian, pengalaman, metode khusus, sertakemampuan untuk menerapkan bakat ini dalam memberi nasihat dan memecahkan masalah. Pakar biasa memiliki beberapa konsep umum :

Pertama, harus mampu memecahkan persoalan dan mencapai tingkat performa yang secara signifikan ebih baik dari orang kebanyakan.

Kedua, pakar adalah relatif. Pakar pada satu waktu atau satu wilayah mungkin tidak menjadi pakar di waktu atau wilayah lain. Misalnya, mahasiswa kedokteran mungkin disebut pakar dalam penyakit dibanding petugas administrasi, tetapi bukan pakar di rumah sakit terkemuka.
Biasanya pakar manusia mampu melakukan hal berikut : Mengenali dan merumuskan persoalan, Memecahkan persoalan dengan cepat dan tepat, Menjelaskan solusi tersebut, Belajar dari pengalaman, Menyusun ulang pengetahuan, Membagi-bagi aturan jika diperlukan, Menetapkan relevansi Keahlian adalah pengetahuan ekstensif yang spesifik terhadap tugas yang dimiliki pakar.

Keahlian sering dicapai dari pelatihan, membaca, dan mempraktikkan. Keahlian mencakup pengetahuan eksplisit, misalnya teori yang dipelajari dari buku teks atau kelas, dan pengetahuan implisit yang diperoleh dari pengalaman. Pengembangan sistem pakar dibagi menjadi dua generasi.

Kebanyakan sistem pakar generasi pertama menggunakan aturan jika-maka untuk merepresentasikan dan menyimpan pengetahuannya. Sistem pakar generasi kedua jauh lebih fleksibel dalam mengadopsi banyak representasi pengetahuan dan metode pertimbangan.
Pengalihan keahlian dari para ahli ke media elektronik seperti komputer untuk kemudian dialihkan lagi pada orang yang bukan ahli, merupakan tujuan utama dari sistem pakar. Proses ini membutuhkan 4 aktivitas yaitu: tambahan pengetahuan (dari para ahli atau sumber-sumber lainnya), representasi pengetahuan (ke komputer), inferensi pengetahuan, dan pengalihan pengetahuan ke user. Pengetahuan yang disimpan di komputer disebut sebagai basis pengetahuan, yaitu: fakta dan prosedur (biasanya berupa aturan). Salah satu fitur yang harus dimiliki oleh sistem pakar adalah kemampuan untuk menalar.

Jika keahlian-keahlian sudah tersimpan sebagai basis pengetahuan dan tersedia program yang mampu mengakses basis data, maka komputer harus dapat diprogram untuk membuat inferensi.

Proses inferensi ini dikemas dalam bentuk motor inferensi (inference engine). Dan setiap sub sistem mempunyai sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi sistem tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.

Terdapat beberapa alasan bagi suatu perusahaan untuk mengadopsi sistem pakar.
Pertama, pakar di suatu perusahaan/instansi bisa pensiun, keluar, atau telah meninggal.
Kedua, pengetahuan perlu didokumentasikan atau dianalisis.

Ketiga, pendidikan dan pelatihan adalah hal penting tetapi merupakan tugas yang sulit. Sistem pakar memungkinkan pengetahuan ditransfer lebih mudah dengan biaya lebih rendah.
Kategori dan Area Permasalahan Sistem Pakar
  1. Interprestasi, adalah membuat kesimpulan atau deskripsi dari sekumpulan data mentah.
  2. Prediksi, adalah memproyeksikan akibat-akibat yang dimungkinkan dari situasi-situasi tertentu.
  3. Diagnosis, adalah menentukan sebab malfungsi dalam situasi yang didasarkan pada gejala-gejala yang teramati.
  4. Desain, adalah menentukan konfigurasi komponen-komponen sistem yang cocok dengan tujuan-tujuan kinerja tertentu yang memenuhi kendala-kendala tertentu.
  5. Perencanaan, adalah merencanakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai sejumlah tujuan dengan kondisi awal tertentu.
  6. Debugging dan Repair, adalah menentukan dan menginterpresentasi kan cara-cara untuk mengatasi malfungsi.
  7. Instruksi, adalah mendeteksi dan mengoreksi defisiensi dalam pemahaman domain subyek.
  8. Pengendalian, adalah mengatur tingkah laku suatu lingkungan yang kompleks.
  9. Selection, adalah mengidentifikasi pilihan terbaik dari sekumpulan kemungkinan.
  10. Simulation, adalah pemodelan interaksi antara komponen- komponen sistem.
  11. Monitoring, adalah membandingkan hasil pengamatan dengan kondisi yang diharapkan.

Sistem pakar

Sebuah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta dan teknik penalaran yang dimiliki manusia sebagai pakar yang tersimpan di dalam komputer, dan digunakan untuk menyelesaikan masalah yang lazimnya memerlukan pakar tertentu (Martin dan Oxman, 1998).
“Sistem pakar” yang baik dapat menyelesaikan masalah dengan lebih sempurna, sebanding dengan seorang pakar yang mempunyai pengetahuan dalam bidang tertentu.

Sistem pakar adalah program “artificial inteligence” (”kecerdasan buatan” atau AI) yang menggabungkan basis pengetahuan dengan mesin inferensi. Ini merupakan bagian software spesialisasi tingkat tinggi atau bahasa pemrograman tingkat tinggi (High level Language), yang berusaha menduplikasi fungsi seorang pakar dalam satu bidang keahlian tertentu.

Program ini bertindak sebagai konsultan yang cerdas atau penasihat dalam suatu lingkungan keahlian tertentu, sebagai hasil himpunan pengetahuan yang telah dikumpulkan dari beberapa orang pakar. Dengan demikian seorang awam sekalipun bisa menggunakan sistem pakar itu untuk memecahkan berbagai persoalan yang ia hadapi.

Sistem pakar dengan desain yang benar dan sejumlah komponen yang saling bekerja sama untuk membentuk suatu kesatuan integrasi, akan dapat digunakan oleh orang awam untuk membantu memecahkan masalah tertentu dan bagi seorang ahli, sistem pakar dapat dijadikan alat untuk menunjang aktivitasnya yaitu sebagai sebagai asisten yang berpengalaman.

Sistem pakar merupakan sebuah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta dan teknik penalaran yang dimiliki manusia sebagai pakar yang tersimpan di dalam komputer, dan digunakan untuk menyelesaikan masalah yang lazimnya memerlukan pakar tertentu (Martin dan Oxman, 1998).

“Sistem pakar” yang baik dapat menyelesaikan masalah dengan lebih sempurna, sebanding dengan seorang pakar yang mempunyai pengetahuan dalam bidang tertentu.

Sistem pakar adalah program “artificial inteligence” (”kecerdasan buatan” atau AI) yang menggabungkan basis pengetahuan dengan mesin inferensi. Ini merupakan bagian software spesialisasi tingkat tinggi atau bahasa pemrograman tingkat tinggi (High level Language), yang berusaha menduplikasi fungsi seorang pakar dalam satu bidang keahlian tertentu. Program ini bertindak sebagai konsultan yang cerdas atau penasihat dalam suatu lingkungan keahlian tertentu, sebagai hasil himpunan pengetahuan yang telah dikumpulkan dari beberapa orang pakar. Dengan demikian seorang awam sekalipun bisa menggunakan sistem pakar itu untuk memecahkan berbagai persoalan yang ia hadapi.

Sistem pakar dengan desain yang benar dan sejumlah komponen yang saling bekerja sama untuk membentuk suatu kesatuan integrasi, akan dapat digunakan oleh orang awam untuk membantu memecahkan masalah tertentu dan bagi seorang ahli, sistem pakar dapat dijadikan alat untuk menunjang aktivitasnya yaitu sebagai sebagai asisten yang berpengalaman.

Ciri-ciri Sistem Pakar
  1. Memiliki informasi yang handal.
  2. Mudah dimodifikasi.
  3. Heuristik dalam menggunakan pengetahuan (yang sering kali tidak sempurna) untuk mendapatkan penyelesaiannya.
  4. Dapat digunakan dalam berbagai jenis komputer.
  5. Memiliki kemampuan untuk beradaptasi.

Struktur Sistem Pakar

Sistem pakar disusun oleh dua bagian utama, yaitu lingkungan pengembangan (development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment) (Turban, 1995). Lingkungan pengembangan sistem pakar digunakan untuk memasukkan pengetahuan pakar ke dalam lingkungan sistem pakar, sedangkan lingkungan konsultasi digunakan oleh pengguna yang bukan pakar guna memperoleh pengetahuan pakar.

Tiga komponen utama yang tampak secara virtual disetiap sistem pakar adalah basis pengetahuan, mesin inferensi, dan antarmuka pemakai.
Inferensi

Inferensi merupakan suatu proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui. Inferensi adalah konklusi logis atau implikasi berdasarkan informasi yang tersedia. Dalam sistem pakar, proses inferensi dialakukan dalam suatu modul yang disebut inference engine. Ketika representasi pengetahaun pada bagian knowledge base telah lengkap, atau paling tidak telah berada pada level yang cukup akurat, maka representasi pengetahuan tersebut telah siap digunakan.

Inference engine merupakan modul yang berisi program tentang bagaimana mengendalikan proses reasoning. Ada dua metode inferensi yang penting dalam sistem pakar, yaitu runut maju (forward chaining) dan runut balik (backward chaining).

Mesin Inferensi

”Otak” ES adalah mesin inferensi, yang dikenal juga sebagai struktur kontrol atau penerjemah aturan (dalam ES berbasis-aturan) . Komponen ini sebenarnya adalah program komputer yang menyediakan metodologi untuk mempertimbangkan informasi dalam pengetahuan dan workplace, dan merumuskan kesimpulan.

Mesin inferensi adalah keahlian yang dibutuhkan disimpan di dalam knowledge base (basis pengetahuan) , komputer diprogram sehingga dapat menghasilkan solusi.
Terdapat dua cara (metode) mekanisme inferensi dalam sistem pakar berbasis aturan, yaitu:

1. Runut maju (forward chaining) Runut maju adalah aturan-aturan diuji satu demi satu dalam urutan tertentu (data driven).
2. Runut mundur ( backward chaining) Runut mundur adalah penalaran dimulai dari kesimpulan dan akan dibuktikan kebenarannya( goal driven).

Kedua cara di atas dipengaruhi oleh macam penelusuran yang terdiri dari 3 macam/ teknik penelusuran:

* Depth first search, teknik penelusuran dari node ke node bergerak menurun ke tingkat dalam yang berurutan.
* Breadth first search, teknik penelusuran pada semua node dalam satu level sebelum berpindah ke level di bawahnya.
* Best first search, kombinasi antara depth first search dan breadth first search.

“Kelebihan Sistem Pakar”

1. Orang awam bisa menggunakannya
2. Melestarikan keahlian seorang pakar
3. Mampu beroperasi dalam lingkungan yang berbahaya
4. Kemampuan dalam mengakses pengetahuan
5. Bisa berkerja dalam informasi yang tidak lengkap
6. Media pelengkap dalam penelitian
7. Menghemat waktu dalam mengambil suatu ke putusan
8. Proses secara otomatis
9. Keahlian sama dengan seorang pakar
10. Produktifitas

“Kekurangan Sistem Pakar”

1. Biaya yang sangat mahal membuat dan memeliharanya
2. Sulit di kembangkan karena keterbatasan keahlian dan ketersediaan pakar
3. Sistem pakar tidak 100% bernilai benar

Semoga bermanfaat dan selamat menunaikan ibadah puasa di hari ke-25 Ramadhan.
(Tulisan ini merupakan rangkuman yang disusun dari berbagai sumber oleh : H. Umar Hapsoro Ishak)

Di import dari arsip saya di multiply.com - 15/09/09

Peran Pengamatan & Penalaran dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan

“Ilmu Pengetahuan adalah laksana binatang buruan, dan penulisannya adalah tali pengikat buruan itu. Oleh sebab itu ikatlah buruanmu dengan tali yang teguh”. (Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XXX, hal.196, Yayasan Lamilojong, Surabaya, 1979)

Dari pernyataan Buya Hamka diatas, … terbesit makna yang dapat kita pahami bahwa, ilmu pengetahuan sangatlah bermanfaat jika dikendalikan, … dalam hal ini adalah nilai-nilai yang melandasi bagi ilmuwan untuk mengembangkannya. Namun, … bagaimanapun juga pengembangan ilmu tidak dapat begitu saja bebas nilai.

Ada asumsi, bahwa Al-Qur’an merupakan penghambat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Anggapan ini muncul, ketika ilmuwan dihadapkan dengan sebuah pertanyaan, .. “apakah ilmu pengetahuan itu bebas atau terikat oleh suatu nilai?”.

Al-Qur’an, memang bukanlah buku ilmu pengetahuan, … namun Al-Qur’an penuh dengan isyarat tentang ilmu pengetahuan, … untuk itu dapat dipahami, bahwa hakekat ilmu pengetahuan untuk mencari kebenaran (secara ilmiah). Padahal dalam Al-Qur’an hakikat ilmu pengetahuan, bukan semata-mata untuk mencari kebenaran secara ilmiah saja, melainkan juga untuk mendapatkan petunjuk (hudan), tanda-tanda (ayat), kebijaksanaan (hikmah) dan rahmat (rahmah).

Berangkat dari pertanyaan tersebut diatas, … mari sama-sama kita coba bahas tentang “peranan pengamatan dan penalaran dalam pengembangan ilmu pengetahuan," … untuk membuktikan bahwa Al-Qur’an tidak menghambat, tetapi justru mendorong manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

Secara umum dapat dipahami, bahwa pengamatan adalah hasil tanggapan dari indera terutama mata terhadap obyek tertentu sehingga menimbulkan kesan pada rasio (nalar) tentang pengertian. Indera merupakan salah satu alat untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan.

Firman Allah, ” Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberikanmu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS. 16:78)

Dalam ayat diatas dijelaskan, bahwa ada satu kegaiban dan keajaiban yang dekat pada manusia. Manusia mengetahui fase-fase pertumbuhan janin, tetapi manusia tidak mengetahui bagaimana jalannya proses perkembangan janin yang terjadi dalam rahim itu sehingga mencapai kesempurnaan. (Muhammad Fuad, Abd. Al-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfas Al-Qur’an Al-Karim, Dar Al-Fikr li al-Taba’ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi, Beirut, 1980, hal.121-123) .

Selanjutnya, … diantara indera-indera eksternal hanya pendengaran dan penglihatan yang disebut, karena keduanya merupakan alat-alat utama yang membantu seseorang dalam memperoleh pengetahuan akan dunia fisik. (Mahdi Ghulsyani, Filsafat-Sains Menurut Al-Qur’an (The Holy Qur’an and The Science of Nature), Terjemahan Agoe Effendi, Mizan, Bandung, 1991, hal.83)

Dalam proses ini terdapat rahasia hidup yang tersembunyi, Allah Ta’ala mengeluarkan manusia dari rahim ibu, … pada waktu itu ia tidak mengetahui apa-apa. Allah telah memberikan potensi pada setiap manusia berupa kemampuan untuk menggunakan inderanya, … dan dengan alat yang diberikan Allah kepada manusia inilah, .. manusia mulai dapat mengenal alam fisik di lingkungannya, … sebagai kelengkapan dari kedua indera, ini Allah juga telah pula memberikan hati atau kadang disebut dengan budi (af-idah) atau sering disebut juga fu’ad.

Untuk memperjelas pemahaman terhadap indera-indera ini, dapat kita cermati ayat berikut :
Firman Allah, “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang didalam dada”. (QS. 22:46)

Masih banyak ayat-ayat Al-Qur’an lain, yang menjelaskan tentang hati, antara lain dalam (QS. 7:179). (QS. 9:87), (QS. 50:37) dan (QS. 16:108).

Nah, … bila kita rangkum potensi manusia untuk memahami dan mengembangkan ilmu pengetahuan, … adalah berupa :
  1. Indera eksternal, atau yang biasa dikenal dengan panca indera, … dimana dengan indera ini pengamatan dan ekperimen dapat dilakukan;
  2. Intelektual, atau biasa disebuat dengan rasio (logika), … dan tentunya yang tidak dikotori dengan sifat-sifat buruk yang menguasai kehendak-kehendak dan khayalan-khayalan, serta bebas dari peniruan buta (taqlid);
  3. Inspirasi, hal ini berada diluar dari kemampuan nalar manusia, karena datangnya atau kehadirannya bisa begitu saja datang atau secara tiba-tiba saja terbesit di dalam benak kita (tanpa proses pembelajaran) .
Ketiga potensi yang ada pada manusia diatas, saling menunjang antara yang satu dengan yang lain. Indera untuk mengamati atau observasi terhadap gejala-gejala alam, … kemudian rasio untuk berfikir tentang rahasia di balik fenomena alam yang beaneka ragam, dan imajinasi untuk mengembangkan hasil- hasil penemuannya, … dan dari hasil penemuan-penemuan yang diperolehnya itu, … selanjutnya diolah, diteliti lebih lanjut, dan yang kemudian diterapkan menjadi teknologi seperti yang ada sekarang ini, … salah satunya adalah apa yang sedang kita pergunakan sa’at ini (internet).

Jadi jelaslah kiranya dari uraian-uraian diatas, bahwa Al-Qur’an memberikan peluang kepada manusia untuk menggunakan pengamatan dan penalarannya untuk memahami dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Mansur Malik mengemukakan konsep penalaran ilmiah dalam Al-Qur’an, sebagai berikut (Mansur Malik, Penlaran Ilmiah dalam Al-Qur’an, Disertasi, IAIN, Jakarta, 1989) :

Pertama, Penalaran ilmiah dalam Al-Qur’an, ialah upaya untuk menarik pada suatu kesimpulan, … adakalanya melalui kerja-sama antara akal (rasio) dengan panca indera, atau hanya dengan mempergunakan daya akal dengan cara menghubungkan pengertian-pengerti an yang terkait dalam suatu hal.

Kedua, Alasan-alasan yang dipergunakan untuk menarik kesimpulan ialah ;
  1. Alasan-alasan yang bersifat induktif, artinya dari fakta-fakta yang khusus ditarik pada kesimpulan yang umum.
  2. Alasan yang bersifat deduktif, yakni penafsiran kesimpulan berdasarkan ketentuan umum yang telah diakui kebenarannya.
  3. Al-Qur’an juga meng-isyaratkan diperlukannya penalaran yang bersifat analistis, yaitu penalaran mengenai obyek pikir atas bagian untuk mengenal hakikat, sifat, atau peran masing-masing bagian tersebut. Dengan kata lain, hakekat; menggambarkan esensi pokok keberadaan suatu wujud: ciri, sifat dan fungsi dari wujud tersebut baik secara internal maupun wujud eksternal. (C.A. Qadir (penyunting) Ilmu Pengetahuan dan Metodenya, Terjemahan Bosco Carvalo, dkk, Yayasan Obor, Jakarta, 1988., hal. vii).
Ketiga, disamping diperlukan penalaran kualitatif terhadap fenomena sosial, Al-Quran meng-isyaratkan pula penalaran kuantitatif berkenaan dengan fenomena alam.

Keempat, Al-Qur’an menekankan perlunya dicapai kualitas tertinggi hasil berfikir yang disebut dengan al-haqq (kebenaran), yakni dapat ditemukan atau dibuktikannya kebenaran suatu informasi atau ajaran, teori atau hukum, maupun hikmah penciptaan dan pengaturan alam.

Kelima, Guna menguji suatu kebenaran, Al-Qur’an menyuruh melakukan verifikasi dan dengan ilmu yang dimiliki, dan mendorong untuk membuat prediksi.

Keenam, Seiring dengan petunjuk-petunjuk bagaimana cara berfikir yang baik, Al-Qur-an juga mengingatkan kesalahan-kesalahan dalam berfikir, terutama kesalahan yang disebabkan subyektifitas pemikir atau karena faktor penginderaan kita yang acapkali keliru atau terbatas kemampuannya.

Untuk itu, patutlah kita menyadari betapa lemah dan terbatasnya potensi inderawi kita, dan begitu pula halnya dengan rasio yang juga tidak mampu menangkap hal-hal diluar jangkauannya, maka satu-satunya cara adalah dengan bantuan petunjuk Allah Ta’ala berupa wahyu yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul.

Dalam konteks pengembangan ilmu pengetahuan, wahyu memegang perananan penting, manakala manusia biasa tidak lagi mampu mengungkap kebenaran melalui pengamatan maupun penalaran, dikarenakan ada beberapa hal yang memang tidak mungkin indera atau rasio (logika) dapat mengungkapkannya.

Oleh karena manusia biasa tidak bisa atau tidak dapat menerima wahyu sebagaimana para Nabi dan Rasul, maka diturunkanlah Al-Qur’an melalui Rasulullah Muhammad s.a.w, sebagai “wahana konsultatif” untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

Dengan keyakinan bahwa kebenaran Al-Qur’an adalah “mutlak”, namun untuk mencapai kebenaran tersebut manusia memerlukan upaya bukan hanya orang perorang, dan disamping itu juga bilamana perlu, … dengan menggunakan pendekatan “inter-disipliner” , artinya untuk memecahkan persoalan hidup manusia baik masa kini maupun untuk masa yang akan datang, terutama berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Coba perhatikan alasannya mengapa kita memerlukan juga pendekatan inter-disipliner? , … ada isu menyesatkan perihal berkembangnya cerita bahwa dewasa ini, dunia kedokteran di Barat dapat menghidupkan jenazah, juga tentang media elektronik yang telah berhasil menangkap bayangan orang yang telah mati ratusan tahun yang lalu. (DR. Imam Syafi’ie, Konsep Ilmu Pengetahuan Dalam Al-Qur’an, Ed.1,cet.1-Yogyakar ta:UII Press,2000,hal. 138-139).

Hal ini merupakan tugas manusia, terutama umat Islam yang telah merindukan kejayaan kembali dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. sebagaimana yang telah pernah dicapai pada zaman keemasannya, (lih. The Golden Age of Islam. pen)

Bila wahyu itu merupakan petunjuk langsung yang diberikan kepada para Nabi dan Rasul-Nya, maka praktis para manusia biasa (termasuk ilmuwan), tidak mungkin mendapatkan wahyu, tidak juga orang-orang yang mengaku telah memperoleh wahyu, seperti apa yang akhir-akhir ini berkembang ditengah masyarakat kita yang jelas-jelas menyesatkan. Alasannya jelas dan tegas, bahwa Allah ta’ala tidak mengutus Nabi atau Rasul-Nya lagi, setelah Rasulullah Muhammad Saw., yang adalah penutup para Nabi.

Dengan demikian dapat kita simpulkan berdasarkan ayat-ayat yang telah kita singgung diatas, bahwa wahyu memegang peranan penting dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan, terutama bila menghadapi persoalan yang belum dapat atau tidak bisa dipecahkan oleh kemampuan indera maupun rasio. agar manusia tidak tersesat karena hanya mengandalkan kemampuannya, maka wahyu merupakan penuntun ke jalan yang benar.

Untuk itu, …. orang yang mengatakan bahwa Al-Qur’an merupakan penghambat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah tidak benar!, dan menghadapi orang-orang yang menyebarkan alasan itu, hendaklah kita sebagai umat Islam harus berhati-hati menyikapinya, … dan ironisnya isu tersebut justru di-hembuskan ditengah-tengah atau di-kalangan para ilmuwan Muslim, … yang jelas maksudnya agar para ilmuwan Muslim itu di-dalam melakukan kajian ilmiahnya berlepas diri dari Al-Qur’an, yang sebenarnya justru melindunginya dari kesesatan berpikir.

Atas dasar sekedar kenyatan tersebut diatas, maka ada beberapa saran yang semoga bermanfaat :
  1. Sudah sa’atnya para ilmuwan menyadari sepenuhnya, bahwa betapapun hebatnya manusia sehingga dapat menguasai alam ini. pada hakikatnya tetap adalah mahluk yang lemah yang penuh denga keterbatasan, untuk itu dengan kemajuan yang diperoleh hendaknya tidak untuk menyombongkan diri serta menjauhi Sang Maha Pencipta Seluruh Alam Semesta.
  2. Telah dikemukakan, bahwa Al-Qur’an bukanlah penghambat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan Al-Qur’an sebagai nara sumber yang dijadikan landasan berpikir oleh ilmuwan muslim pada masa lalu. Karena itu, hendaknya mendapat perhatian yang serius untuk dikaji kembali bukan hanya ayat-ayat tersurat saja, melainkan juga pada ayat yang tersirat berupa fenomena alam dan isinya.
Demikian sekedar kajian kita dalam artikel kali ini, dan apabila ada yang salah itu pasti datangnya dari saya, untuk itu saya mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya. (Disusun dari berbagai sumber oleh : Drs. H. Umar Hapsoro Ishak)


Allahu a’lam bishshowab,
H. Umar Hapsoro Ishak (Umar - Tukang Nasi)
Kebenaran
~ Artikel saya share dari arsip tulisan saya di multiply.com

Sabtu, 30 Januari 2010

Mitos Bisnis

Assalamualaikum wr. wb,

Memang tidak mudah membentuk pikiran positif untuk memulai berbisnis, …. penyebabnya bisa bermacam-macam antara lain, …. adanya “Mitos tentang Bisnis”.

Untuk penyebab yang satu ini, setidaknya ada empat anggapan yang membuat masyarakat kita salah kaprah memandang dunia bisnis, … yaitu masalah “Bakat, Keturunan, Modal, dan Risiko”. Karena itu salah kaprah ini sampai sekarang tetap menjadi mitos.

Mitos pertama, … Bakat:
Dikatakan bahwa untuk menjadi entrepreneur memerlukan Bakat!. …. Apakah benar?
Entrepreneur adalah suatu profesi yang dijalani seseorang untuk berkarir yang sekaligus juga sebagai mata pencaharian. Sama seperti menjadi petani, nelayan, dokter, insinyur, karyawan swasta, … ataupun profesi-profesi lainnya.

Sekarang, sebaliknya saya bertanya, …. apakah seseorang harus memiliki bakat untuk menjadi petani, nelayan, dokter, insinyur, atau pun karyawan swasta?. Jadi dimana letak kelebihannya profesi pebisnis dibandingkan dengan profesi-profesi lainnya. Dengan kata lain, … kesuksesan atas suatu profesi tertentu tidak semata-mata tergantung dari faktor bakat saja. Terlalu banyak faktor-faktor atau pun hal-hal yang mempengaruhi sukses atau tidaknya seseorang menjalankan profesinya.

Mitos Kedua, … Keturunan:
Dikatakan bahwa pebisnis bisa sukses karena memiliki darah bisnis dari orang tua, … mertua, … kakek, … nenek, … atau kerabat lainnya yang masih ada hubungan darah.

Menurut saya ini suatu anggapan yang salah (mengecilkan semangat orang-orang yang tidak mempunyai darah keturunan seperti yang disebutkan diatas), …. sangat banyak contoh pebisnis sukses yang orang tuanya adalah pegawai negeri golongan rendahan, petani, dosen , dan sebagainya. Dan ada juga istri-istri pegawai negeri golongan rendahan, … yang sukses bisnisnya (diantaranya ada istri saudara ipar saya yang jadi juragan besar rempah2 di Magelang), …. yang padahal kira2 dua puluh tahun yang lalu, dia mengawali usahanya hanya untuk sekedar membantu mencari tambahan, karena penghasilan suaminya tidak cukup untuk memenuhi kebutuihan rumah tangganya sehari-hari (dulu suaminya tukang antar surat di kantor Pemda, kini sudah pensiun dan membantu istrinya).

Dan kalau pun kita mendapati atau menemui ada pebisnis yang sukses karena ia anak seorang pengusaha, …. coba lihat secara arif, … apakah kakeknya juga seorang pengusaha (lebih lanjut baca autobiografi pengusaha2 sukses Indonesia).

Mitos Ketiga, …. Modal
Banyak orang beranggapan, bahwa untuk memulai bisnis diperlukan modal yang besar. Memang, …. untuk memulai suatu bisnis diperlukan kecukupan modal, … tetapi itu bukan satu-satu persyaratan mutlak. Banyak contoh entrepreneur yang memulai usahanya tanpa kecukupan modal, namun …. mampu berkembang dengan pesat.

Kalau modal belum ada atau modal masih sangat terbatas, … maka langkah yang dapat ditempuh antara lain dengan memulai usaha dari yang kecil dulu, … atau menjadi mediator dalam transaksi bisnis, … menjual barang secara konsinyasi, … atau meminta uang muka dari pemesan yang memerlukan barang yang kita tawarkan (dasar kepercayaan) .

Mitos Keempat, … Risiko:
Ada anggapan bahwa bisnis adalah profesi yang penuh risiko, … atau tidak ada kepastian masa depan, … dan tidak mempunyai uang pensiun. Anggapan ini tentunya tidak dapat begitu saja kita terima secara mentah2, … mengapa?, … karena setiap upaya, … setiap profesi … tidak ada yang seratus persen bebas risiko.

Dan mengenai uang pensiun, … jika seorang pebisnis rajin mengelola keuangannya dengan cermat dan teliti, … yakni dengan menyisihkan sebagian dari pendapatannya (keuntungan usahanya) untuk ditabung, …. maka tabungan tersebut dapat dijadikan atau dianggap sebagai uang pensiun, … sekarang banyak asuransi (termasuk asuransi syariah) yang menyediakan fasilitas atau menawarkan jaminan hari tua (baca pensiun).

Semisal, … seorang anak ketika baru mulai belajar berjalan, … ada yang jatuh berkali-kali (nangis sebentar) yang kemudian bangun lagi, … ada juga yang waktu belajar, …. oke-oke saja alias selalu dibimbing oleh orang tuanya, .. atau dengan bantuan alat yang dirancang khusus untuk belajar berjalan, .. pendek kata … bermacam-macam … lah caranya, … tapi setelah dewasa .. ada yang kemampuan berjalannya, …. hanya dipergunakan untuk berjalan-jalan saja, … ada juga yang kemudian menjadi pemain bola profesional (gajinya ada yang diatas seratus juta per bulan ditambah bonus), … ada juga yang menjadi pelari nasional (mengharumkan nama bangsa), …. dsb.

Jadi, … jangan terkungkung dengan mitos, … sekali lagi …. bisnis adalah profesi, .. coba lihat di kantor2, …. ada serombongan anak muda (sepuluh orang) yang sama2 masuk kerja di suatu perusahaan yang sama, … katakanlah kesepuluh orang muda itu sama-sama menyandang gelar sarjana ekonomi …. pertanyaannya …. apakah ada jaminan setelah lima tahun kerja di perusahan tersebut, … kesepuluh orang yang seangkatan itu semuanya menjadi manager? ….. Begitu juga halnya dengan bisnis .. kita jangan hanya melihat si anu sukses bisnisnya padahal dia baru lima tahun buka usaha yang sama dengan kita, …. tapi mengapa kita koq begini2 saja walau telah lima tahun usaha, … Apakah kemudian kita menyatakan bahwa kita tidak punya darah bisnis? …. (darah kita sama-sama merah khan?), … atau apakah kita bilang bahwa kita tidak punya bakat? dsb, …. tanpa mau meneliti atau mengkaji mengapa kog kita begini2 saja.

Tips untuk rekan-rekan pengusaha muslim, … tambahkan juga introspeksi diri dengan bagaimana amal ibadah kita? , … bagaimana kita berniaga?, .. Apakah telah sesuai dengan tuntunan Syariat Islam? dan jangan lupa memohon pertolongan Allah Ta’ala.

Selamat berjuang kawan, … semoga sukses di dunia dan akhirat. Amin

Nah, … itulah sekedar bahasan kita tentang mitos bisnis, … dan selanjutnya …. tergantung cara pandang kita, atau tolok ukur kita, …. mengenai parameter kesuksesan usaha kita, …. apakah dari banyaknya kita memiliki aset (rumah, tanah, vila, mobil dsb..), … yang pada gilirannya itu semua menjadi milik orang lain (ahli waris, dsb), … yang terbawa oleh kita hanyalah amal kebajikan kita, ilmu yang bermanfaat, dan anak2 yang saleh … yang selalu mendo’akan orang tuanya.

Wassalamu’alaikum wr. wb,

Oleh : H. Umar Hapsoro Ishak (Umar - Tukang Nasi)

Kantin Rasamala Cyberzone

Nilai-nilai Intangible

Assalamualaikum Wr Wb,

Sambil nungguin dagangan yang lagi sepi pengunjung, iseng-iseng saya coret-coret kertas, … eh kog yang tertulis “Nilai-nilai Intangible”, kosakata ini kayaknya dulu sekali pernah akrab ditelinga, dan kebetulan ada yang melontarkan kata ini beberapa waktu yang lalu di milis Pengusaha-Muslim.com. Saya jadi teringat Gorge Torok (The Yukon Spirit : Nurturing Entrepreneurs) .

Kata si Gorge yang melakukan penelitian para pengusaha (pebisnis), menyimpulkan bahwa tidak semua orang yang punya modal tangible bisa disebut pengusaha atau pebisnis. Bisa saja mereka menjadi pengusaha dalam waktu seminggu, sebulan, atau beberapa bulan ke depan tetapi selebihnya mereka bukan pengusaha lagi. Banyak pebinis di negeri ini yang modalnya pas-pasan, tapi karena keadaan, atau karena tidak ada pilihan lain terpaksa jadi pengusaha, atau bisa juga karena peran orang tua yang punya banyak fulus dan aneka fasilitas, menganjurkan atau mendukung anaknya jadi pengusaha (daripada kerja sama orang lain), lantaran tidak tega kalau anaknya diperintah-perintah sama orang lain (sayang anak yang berlebihan) ....

Sebenarnya, pebinisnis yang saya maksud disini adalah bisnis owner. Itu kan wujud manusia yang berbeda. Mengapa? … Coba saja perhatikan atau cermati baik-baik ... Mereka itu (pebisnis) adalah orang-orang yang berani. …… Berani menghadapi risiko, rasa=rasanya mereka tidak kenal yang namanya kapok, tangguh, tidak kenal lelah, apalagi kalau lagi kebanjiran order, atau paling tidak bila dibandingkan dengan orang-orang yang kerjaannya menunggu tanggal gajian. Pokoknya komplit, mereka itu juga termasuk "penikmat kesatuan rasa," …. Ada rasa harap, rasa cemas, rasa penantian, rasa ketidak pastian … Pokoknya, macam-macam rasa deh ….

Menurut si Gorge, modal intangible yang dibutuhkan untuk menjadi pengusaha adalah :

*) Memiliki dorongan batin yang kuat untuk maju (personal drive)

*) Memiliki fokus yang tajam tentang apa yang dilakukannya, dan kemana dia akan membawa usahanya (fokus)

*) Memiliki kemampuan yang kuat untuk berinovasi (produk, sistem, cara, metode, service, dst … maaf kepanjangan)

*) Memiliki sikap mental “saya bisa” (The I can mental attitude) dalam menghadapi persoalan-persoalan yang kedatangannya seperti tamu tak diundang

*) Memiliki kemandirian dalam mengambil keputusan (berdasarkan pengetahuan, pengalaman, skill, intuisi, dan akal sehatnya)

*) Memiliki kemampuan untuk “tampil beda” atau memunculkan keunggulan-keunggulan (kreatif)

Mengapa begitu?, saya tidak tahu persis alasan si George tentang 'spiritual-mistikal' yang mengilhami para pengusaha itu, atau gampangnya saja deh, … mungkin kurang lebih ada dua alasan yang barangkali bisa dipahami :

Pertama, seandainya kita punya modal tangible yang oke punya, tetapi kita tidak memiliki intangible yang juga oke punya, maka modal tangible kita bukan malah nambah, bisa jadi berubah jadi utang. Tapi kalau kita punya modal intangible yang berlimpah, sementara modal tangible kita pas-pasan, ini masih bisa diatasi, misalnya; jual saja ide kita, atau cari teman yang percaya sama kita, atau bisa juga ajak kerja sama ... gitu aja koq cepot, .. salah ketik, maksudnya 'repot'.

Kedua, “keahlian” tidak bisa dibeli, atau tidak bisa pinjam dari orang lain “you can not buy the skill to be great.” Dengan kata lain, uang bisa minjem, gedung buat kantor bisa sewa atau numpang di rumah mertua (kalau ada), pruduk kita bisa nge-sub dulu atau jadi agen, tapi keahlian menjalankan bisnis, tidak bisa kita beli atau pinjam. Paling-paling kita pakai tenaga ahli (bayar), tapi tetap saja keahlian itu miliknya si tenaga ahli tersebut.

“Nilai-nilai Intangible sulit diukur dengan uang”, saya cuma mengutip dari sana-sini (tukang kutip, … eh salah, tukang nasi kog). Ok, saya nyotek lagi dari artikel “Kebenaran” yang ada di webblognya pak Umar di blogdetik.com. , yang katanya, benar kata anta belum tentu benar menurut ana. Kalau dipaksakan kebenaran itu untuk jadi benar kita menerimanya atau mengakuinya, maka itu namanya “pemerkosaan akal” ….. he..he…he

Sempat ada yang menanyakan dalam forum sambil bercanda, makanan apa sih intangible itu? Kalau menurut kamus bahasa Inggris, terjemahan bebasnya, …. Hal-hal yang tidak dapat diraba, seperti misalnya cahaya, suara, aroma, dan yang seperti itu deh kira-kira. Tapi kalau dari sisi assets, katanya … Barang-barang berharga yang tidak dapat diraba, dan kalau dari sisi property, bilangnya sih … Harta milik yang tidak dapat diraba, atau yang tidak dinyatakan secara jelas (charm). Nah kalau katanya tukang nasi, …, harumnya atau wanginya aroma nasi kebuli karena inovasi cara pengolahan dan bumbunya, ….he…he…he, atau barangkali ada yang bisa kasih arti atau contoh lain, …. Silahkan tambahkan atau robah contoh ini di kolom komentar.

Keahlian menjalankan bisnis kalau engga ahli, maka buktinya bisa langsung nyata dalam bentuk antara lain :

“Gagal, rugi, tidak efektif, tidak efisien, tidak untung, dll”

Ada “kebenaran” umum (folk wisdom) yang kadang2 luput dalam pengamatan kita. Alkisah, dulu kira-kira sepuluh sampai lima belas tahun yang lalu, …… ketika para taipan atau juragan2 dadakan banyak di negeri antah berantah, .. mereka kalau mau buka suatu bisnis atau usaha, cuma perlu sedikit meluangkan waktu untuk kumpul2 ngobrol sambil ngopi atau minum teh di suatu tempat …. (rahasia ya… tempatnya), dan disela-sela obrolan, si tuan A bilang gue mau bikin Jembatan sama kapal buat anu … hm…hm…hm, ana lupa siapa pemesannya, disitu ada tuan B yang langsung menimpali obrolan itu, “besinya ambil dari gue ya ..” , ah elo mana punya pabrik besi, sanggah si tuan A, tapi si tuan B bisa langsung berkelit “ah itu sih gampang punya, gua bisa bikin pabrik, … modal biar dikit-dikit gua ada, kurangnya biar gua pinjem di Bank, gua punya banyak temen di Bank, dan kalo soal tenaga ahlinya, … gue datengin dari sono”,

Nah tuh … mulai kelihatankan arah ceritanya kemana…, dengan kata lain, apa susahnya kita merekrut sarjana ahli lalu kita gaji untuk menjalankan bisnis kita, yang selanjutnya kita tinggal menerima untungnya saja…he..he. .he

Kebenaran umum seperti ini, memang benar menurut pihak yang memang memahami, tapi prakteknya …, sebenarnya tidak benar bagi kebanyakan orang. Mengapa? …., bagi mereka yang memang sudah memahami (ahli dalam memanage-orang) hal ini oke punya, akan tetapi bagi mereka yang belum punya keahlian “managing people”, sering kali kebenaran umum ini menjadi sandungan baginya (belum tentu benar). Maksudnya, rencana bisnis kita bisa tersendat atau bahkan gagal, karena kita tidak memiliki keahlian yang memadai dengan masalah yang kita akan hadapi,… lagi2 “intangible” .

Kalau ada yang mempertanyakan, lho kok … si tuan B bisa, … ah itu sih jawabannya gampang punya, …. itu khan dulu, yakni ketika mereka-mereka masih dikelilingi “power”, tapi sekarang lihat sendiri akibatnya (BLBI, … pembahasannya bukan disini tempatnya).

Kesimpulannya, menerjuni suatu usaha di bidang apapun memang butuh fulus, butuh fasilitas (tangible, kalo orang sono bilang, eta mah … Kudu), tapi belum dapat menjamin kelangsungan suatu usaha. Untuk point yang terakhir ini, lebih banyak ditentukan oleh modal intangible yang berlimpah, maksud ana “kualitas SDM” yang kita punyai atau miliki, dan yang sesuai dengan kualifikasi dengan bidang usaha yang kita geluti. Modal usaha inilah yang akan membawa atau menentukan, apakah kita akan menjadi pengusaha sebulan atau seumur hidup.

Idealnya sih kita punya modal tangible yang berlimpah, dan juga punya modal intangible yang oke punya, cuma sayangnya, keadaan ideal ini sangat jarang terjadi. Keadaan seperti ini (punya dua-duanya), biasanya terjadi sebagai akibat dari sebuah sebab, dengan kata lain, sebagai sebuah hasil dari suatu proses. Tegasnya, Pengusaha yang memiliki keduanya, menurut kacamata ana, adalah pengusaha atau pebisnis yang tahu persis plus atau minus kaca matanya, sekarang udah min berapa?, atau plus berapa?, dengan kata lain pengusaha yang sudah kawakan dan telah matang dalam menjalankan atau mempertahankan usahanya hingga masih tetap eksis sampai hari ini, bukan orang atau pebisnis yang baru memulai merintis usaha.

Untuk orang yang baru memulai merintis usaha, problem umum yang dihadapi, adalah problem yang muncul sebagai akibat adanya keterbatasan, antara lain : terbatas modalnya, terbatas SDM-nya, terbatas fasilitasnya, terbatas dalam mengantisipasi perubahan, terbatas pelanggannya, dll. Karena itulah modal intangible jauh lebih perlu didahulukan.

Ok, posting dulu di milis, kayanya bakalan panjang neeh kisah nilai-nilai intangible sambil nyari contekan baru, dan sepertinya untuk kisah nilai-nilai intangible berikutnya, … contekannya musti yang berbau Smart …. soalnya lagi musim istilah smart sekarang. Biar agak ngetrend sedikit bahasa di pengusaha-muslim. Com, dan untuk pak Fadil, maaf ya, … topik ini ana nyotek dari kalimat antum di milis (ng’ga permisi dulu, …… jadi malu ketahuan yang punya istilah “Nilai-nilai intangible”…he..he..he)
===========

Di hari Juma’at yang cerah ini di kampung saya, sekarang kita, Insya Allah akan melanjutkan tulisan tentang Nilai-nilai Intangible, kali ini dengan memperhatikan arahan dari owner milis pengusaha-muslim.com, khususnya untuk calon-calon pengusaha muslim dan muslimah yang diharapkan bisa menjadi pengusaha yang Smart.

Memang. ada dilema tersendiri yang bakal ditemui dan mau tidak mau musti dihadapi oleh calon pengusaha pemula, bisa jadi keinginannya untuk menjadi pengusaha dibatalkan karena takut risiko, takut dengan kemungkinan-kemungkinan buruk, namun bila kita maju terus untuk jadi pengusaha dengan modal yang pas-pasan, juga ngga ada jaminan kita bakal berhasil. Memang sih, … setiap orang punya hak buat takut dengan yang namanya risiko atau sebaliknya.

Maksud ana gagalnya, kalau kita umpamakan ingin menembak suatu sasaran tembak… “Tembakan kita meleset”, ….. model yang kaya gini mah … biasa dalam bisnis. Akan tetapi, kalau kita gagal dalam arti “Kehabisan peluru”, atau “kehilangan sumber penghasilan” , lebih parah lagi “menanggung hutang”, atau karena waktu kita memulai berbisnis harus“meninggalkan pekerjaan” yang menjadi sumber utama penghasilan kita, udah pasti efeknya berbeda!

Nah, bagaimana kita mensiasatinya? (topiknya kang Imam neeh … Mencari solusi, Siasati masalah). atau cara kita berkelit dari dilema yang sulit seperti ini? (kaya lagi silat ,,, pake berkelit segala), tapi kalau harus dijawab dengan tulisan … wah repot juga neeh, … bisa-bisa engga selesai-selesai nulisnya. Soalnya, ada sejumlah atau segudang jawaban, ditambah lagi… dengan sekian alternatif, dan sekian opsi (musti ada diskusi interaktif … dengan para pakar bisnis), namun tunggu dulu, barangkali ada yang ingat dengan istilah Street Smart? … iya betul … terjemahan sederhananya kurang lebih … “cerdas di lapangan“, atau, .. kalau kita lagi ngobrol santai membahas suatu persoalan dengan group kita, …. kadang terlontar kata-kata, …. Ach tenang aja, … dia khan “jam terbangnya” udah tinggi, jadi persoalan kaya gitu sih Insya Allah bisa diatasi.

Kalau ada rekan2 milis yang pernah mengikuti dialog interaktifnya Oom Bob (Bob Sadino) kira2 tahun 2003 di Majalah Manajemen, barangkali masih ingat (mudah2 memori disk ana … ngga lagi error … he…he.he). Gambaran aplikatifnya;

“Cukup satu langkah awal. Ada krikil kita singkirkan,. .. terus melangkah … Bertemu duri kita sibakkan, maju terus … Terhadang lubang kita lompati … maju terus …. Bertemu api kita mundur sebentar (tunggu apinya padam … barangkali maksudnya Oom Bob ..ya), maju terus …., Berjalan terus dan mengatasi masalah … “. Jadi dengan kata lain kecerdasan di lapangan (street smart) termasuk modal Intangible yang oke punya … (luar biasa perannya).

Balik ke si George (lihat episode 1), hasil survey yang menanyakan; Sejauh mana relevansi antara latar belakang pendidikan dengan profesi yang kita geluti sekarang (bisnis)?, kurang lebih hasil survey mencatat : hubungannya sangat dekat, ada juga yang menjawab relevansi itu tetap ada, ….. ada juga yang menjawab tidak ada sama sekali, …. tapi yang terbanyak jawabannya ; “street smart is more important in business than an advanced degree”.

Jadi yang diperlukan sekarang sudah mulai kelihatan, yakni kecermatan, keberanian (harus berani berubah), dan kesiapan kita.

Kita musti cermat, ,supaya terhindar dari yang namanya “Kegagalan dalam bentuk kehabisan peluru”, atau “menanggung hutang”. Namun… Upayakan!!!, risiko itu (bila harus terjadi), hanya berupa kegagalan dalam bentuk “meleset tembakan kita”, atau belum banyak untung … oke!

Maju terus kawan, … kita perlu keberanian untuk melawan ketakutan kita yang membisikkan teror “bagaimana nanti kalau gagal?”, … dan lain-lain. Maksud ana, selama ketakutan semacam itu belum bisa kita atasi, sebaiknya … sembunyikan dulu keinginan kita untuk menjadi pebisnis (pengusaha). Dus.., jadi (sama ajang dong artinya dus … sama .. jadi), yang kita butuhkan sekarang adalah kesiapan mental untuk menumbuhkan bangkitnya kecerdasan yang namanya “Street Smart”.

Pebisnis harus kenyal seperti bola karet, biar jatuh berkali-kali …., harus tetap siap bangkit, …. mengapa?

“Kita tidak pernah tahu, pada kali keberapa, kita sukses“, gambarannya, mungkin kita tersandung tiga kali, lalu berhenti. Bisa jadi pada kesempatan yang ke empatnya kita sukses, … jadi rugi dong kalau baru tiga kali kesandung kita berhenti … iya khan?, tapi ada juga yang sampai tua belum sukses-sukses …. hm..hm.. hm, contohnya ana aja deh ….he..he.. he, kalau sukses itu barometernya musti punya pesawat! … soalnya ana baru punya pesawat telepon, itupun udah ana sangat syukuri, soalnya banyak yang udah tua juga belum punya pesawat telp. …. yang penting kita harus pandai bersyukur, dan jangan lupa memohon pertolongan Allah SWT.

Beberapa pakar kepribadian, melontarkan gagasan soal perbedaan karakter manusia unggul dan tukang panggul, professional dan pekerja. Katanya, manusia unggul dan profesional, adalah mereka yang selalu berfikir bagaimana terus menerus meningkatkan kualitas, sehingga performance selalu meningkat. Mereka menjadikan akal pikiran sebagai imam atas perut. Makanya mereka selalu bekerja dengan cerdas di lapangan kehidupan manapun juga, (termasuk dalam dunia bisnis). Sebaliknya, tukang panggul yang sekedar pekerja, … pencari nafkah, dan jauh dari sikap professional, selalu menjadikan perut sebagai imam atas otaknya. Mereka selalu dikelilingi masalah, dan tak pernah berinisiatif mencari solusi atas masalah. Dan, enggan menggunakan kemampuan akalnya,… walaupun sebenarnya mereka-mereka bisa jadi mempunyai potensi kecerdasan.

Bahwa Allah Ta’ala telah menciptakan manusia sebagai sesempurna mahluk. Punya otak dan punya hati, tak sekedar perut. Dan yang terpenting, sebagai insan beriman, kita punya Tuhan, yang selalu memelihara dan bersahabat dengan manusia yang optimistic, dan kita harus selalu pandai mencari solusi atas masalah yang timbul, mengembangkan gagasan segar dan cerdas, agar cepat keluar dari masalah yang dihadapi. Dan kualitas pebisnis tangguh akan nampak saat ia mengahadapi tantangan.

Selamat berjuang kawan, semoga Allah Ta’ala memudahkan jalan kita menuju kebaikan. Amin

Wassalamualaikum Wr. Wb,

H. Umar Hapsoro Ishak (Umar - Tukang Nasi)

*) Semua tulisan di blog ini, dapat dilihat juga di Kompasiana