Ramalan Para Ahli Geologi
Beberapa ramalan gempa yang pernah dilakukan para ahli Amerika, Rusia, Cina dan Jepang adalah dengan meneliti frekuensi kejadian gempa besar di masa lalu untuk menemukan pola yang berguna buat membaca kemungkinan gempa di masa depan. Pada saat yang sama, mereka mengkaji kecepatan dan tingkat akumulasi energi pada bebatuan akibat gerakan lempeng bumi. Upaya teoritis dibalik laboratorium ini tidak berhasil di lapangan ketika dipraktekkan di daerah-daerah rawan gempa.
Satu-satunya ramalan yang dinilai sukses terjadi pada pada 1975. Saat itu, berdasarkan tanda-tanda pendahuluan, pemerintah Cina berhasil memberikan peringatan kepada warganya. Hasilnya, ketika gempa berkekuatan 7,3 skala richter mengguncang Kota Haicheng di wilayah Yingkouw, jumlah kerugian dan korban bisa ditekan.
Belakangan ramalan itu lebih bersifat kebetulan ketimbang hasil pengamatan yang terencana. Buktinya, setahun kemudian, gempa yang tak kalah dasyat mengguncang Tangshan di Cina bagian utara. Sebelum kejadian, pemerintah Cina dan ahli gempa Cina tak berhasil mendeteksi gejala apa pun. Evakuasi tak sempat dilakukan. Akibatnya, sekitarnya 240 ribu penduduk Tangshan terkubur reruntuhan.
Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) malah pernah membuat ramalan yang menggelikan. Pada tahun 1983, lembaga itu menyatakan, gempa berkekuatan sedang bakal mengguncang wilayah Parkfield , California . Prediksi itu disusun berdasarkan enam kali gempa berkekuatan 6 skala Richter yang terjadi pada rentang waktu rata-rata 22 tahun di sana . Untuk mengurangi resiko salah ramal, USGS membuat waktu terjadinya gempa sedikit tidak pasti. Gempa, menurut pakar USGS, bakal terjadi diantara tahun 1983 dan 1993. Seperti mau pamer kepada dunia, saat itu Amerika pun mengerahkan banyak ahli untuk meneliti dan memonitor kawasan tersebut. Alat pemantau paling maju serta alat peringatan dini dipasang di seluruh pelosok Parkfield. Namun, sampai tahun 1993, gempa ternyata tak kunjung datang.
Kasus Parkfield sempat mengikis keyakinan para ahli dan penentu kebijakan di Amerika. Dua pakar gempa dari University of California, Los Angeles, David Jackson dan Yan Kagan, seperti mewakili isu keraguan itu. Keduanya menolak ramalan-ramalan lama dengan menyodorkan fakta-fakta baru. Katanya, daerah-daerah di Amerika yang dinyatakan “aman” gempa malah mengalami guncangan lima kali lebih sering ketimbang daerah yang dinyatakan berbahaya. “Tak seperti badai dan letusan gunung api, gempa jauh lebih sulit diduga”, ujar Jackson . [Engelbertus Degey, Wartawan Senior - Nabire, Papua]
Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.
Teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonics) adalah teori dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Continental Drift yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an.
Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi, terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50-100 mm/a.
Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:
1. Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua
2. Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua
3. Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai 55 juta tahun yang lalu)- Lempeng benua
4. Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua
5. Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut - Lempeng benua
6. Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan - Lempeng benua
7. Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera
Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng India, Lempeng Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia. [wikipedia.org]
“Mengapa Bumi Jadi Begini ?”
Menurut penelitian para ahli, dikatakan bahwa kepulauan Indonesia terbentuk karena proses pengangkatan sebagai akibat dari penunjaman (subduksi). Lempeng (kerak) yang saling berinteraksi adalah Kerak Samudera Pasifik dan Hindia yang bergerak sekitar 2-5 cm per tahun terhadap Kerak Benua Eurasia. Jadi Indonesia merupakan tempat pertemuan 3 lempeng besar sehingga Indonesia merupakan salah satu daerah yang memiliki aktivitas kegempaan yang tertinggi di dunia. Terdapat dua sabuk gunung api yang melewati Indonesia yaitu Sirkum Mediteranean sebagai akibat penunjaman Kerak Samudera Hindia ke dalam Kerak Benua Eurasia, dan Sirkum Pasifik sebagai akibat penunjaman Kerak Samudera Pasifik ke dalam Kerak Benua Eurasia. [HUH blog.pen.]
Gempa bumi tektonik memang unik. Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng tektonik.
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Naml : 88)
Beberapa abad yang lampau para ahli di Barat sebelum terjadinya revolusi ilmiah (Scientific Revolution) yang dirintis Copernicus dengan teori Helio-centric (matahahari sebagai pusat tata surya) mengatakan, bahwa bumi adalah sesuatu yang rigid atau kaku sementara benua-benua berada pada kedudukannya yang tetap tidak berpindah-pindah (tetap). Setelah ditemukannya benua Amerika dan dilakukan pemetaan pantai di Amerika dan Eropa ternyata terdapat kesesuaian morfologi dari pantai-pantai yang dipisahkan oleh Samudera Atlantik. Hal ini menjadi titik tolak dari konsep-konsep yang menerangkan bahwa benua-benua tidak tetap akan tetapi selalu bergerak. Konsep-konsep ini dibagi menjadi tiga menurut perkembangannya [Van Krevelen, 1993] :
- Konsep yang menerangkan bahwa terpisahnya benua disebabkan oleh peristiwa yang katastrofik dalam sejarah bumi. Konsep ini dikemukakan oleh Owen dan Snider pada tahun 1857.
- Konsep apungan benua atau continental drift yang mengemukakan bahwa benua-benua bergerak secara lambat melalui dasar samudera, dikemukakan oleh Alfred Wegener (1912). Akan tetapi teori ini tidak bisa menerangkan adanya dua sabuk gunung api di bumi.
- Konsep paling mutakhir yang dianut oleh para ilmuwan sekarang yaitu Teori Tektonik Lempeng. Teori ini lahir pada pertengahan tahun enampuluhan. Teori ini terutama didukung oleh adanya Pemekaran Tengah Samudera (Sea Floor Spreading) dan bermula di Pematang Tengah Samudera (Mid Oceanic Ridge : MOR) yang diajukan oleh Hess (1962).
Pada awalnya ada dua benua besar di bumi ini yaitu Laurasia dan Gondwana kemudian kedua benua ini bersatu sehingga hanya ada satu benua besar (supercontinent) yang disebut Pangaea dan satu samudera luas atau yang disebut Panthalassa (270 jt thn. y.l). Dari supercontinent ini kemudian terpecah lagi menjadi Gondwana dan Laurasia (150 jt thn. y.l). Dan akhirnya terbagi-bagi menjadi lima benua seperti yang dikenal dan ditempati oleh manusia sekarang. Terpecah-pecahnya benua ini menghasilkan dua sabuk gunung api yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediteranean yang keduanya melewati Indonesia. Mekanisme penyebab terpecahnya benua ini bisa diterangkan oleh Teori Tektonik Lempeng sebagai berikut :
- Penyebab dari pergerakan benua-benua dimulai oleh adanya arus konveksi (convection current) dari mantle (lapisan di bawah kulit bumi yang berupa lelehan). Arah arus ini tidak teratur, bisa dibayangkan seperti pergerakan udara/awan atau pergerakan dari air yang direbus. Terjadinya arus konveksi terutama disebabkan oleh aktivitas radioaktif yang menimbulkan panas.
- Dalam kondisi tertentu dua arah arus yang saling bertemu bisa menghasilkan arus interferensi yang arahnya ke atas. Arus interferensi ini akan menembus kulit bumi yang berada di atasnya. Magma yang menembus ke atas karena adanya arus konveksi ini akan membentuk gugusan pegunungan yang sangat panjang dan bercabang-cabang di bawah permukaan laut yang dapat diikuti sepanjang samudera-samudera yang saling berhubungan di muka bumi. Lajur pegunungan yang berbentuk linear ini disebut dengan MOR (Mid Oceanic Ridge atau Pematang Tengah Samudera) dan merupakan tempat keluarnya material dari mantle ke dasar samudera. MOR mempunyai ketinggian melebihi 3000 m dari dasar laut dan lebarnya lebih dari 2000 km, atau melebihi ukuran Pegunungan Alpen dan Himalaya yang letaknya di daerah benua. MOR Atlantik (misalnya) membentang dengan arah utara-selatan dari lautan Arktik melalui poros tengah samudera Atlantik ke sebelah barat Benua Afrika dan melingkari benua itu di selatannya menerus ke arah timur ke Samudera Hindia lalu di selatan Benua Australia dan sampai di Samudera Pasifik. Jadi keberadaan MOR mengelilingi seluruh dunia.
- Kerak (kulit) samudera yang baru, terbentuk di pematang-pematang ini karena aliran material dari mantle. Batuan dasar samudera yang baru terbentuk itu lalu menyebar ke arah kedua sisi dari MOR karena desakan dari magma mantle yang terus-menerus dan juga tarikan dari gaya gesek arus mantle yang horisontal terhadap material di atasnya. Lambat laun kerak samudera yang terbentuk di pematang itu akan bergerak terus menjauh dari daerah poros pematang dan ‘mengarungi’ samudera. Gejala ini disebut dengan Pemekaran Lantai Samudera (Sea Floor Spreading).
- Keberadaan busur kepulauan dan juga busur gunung api serta palung Samudera yang memanjang di tepi-tepi benua merupakan fenomena yang dapat dijelaskan oleh Teori Tektonik Lempeng yaitu dengan adanya proses penunjaman (subduksi). Oleh karena peristiwa Sea Floor Spreading maka suatu saat kerak samudera akan bertemu dengan kerak benua sehingga kerak samudera yang mempunyai densitas lebih besar akan menunjam ke arah bawah kerak benua. Dengan adanya zona penunjaman ini maka akan terbentuk palung pada sepanjang tepi paparan, dan juga akan terbentuk kepulauan sepanjang paparan benua oleh karena proses pengangkatan. Kerak samudera yang menunjam ke bawah ini akan kembali ke mantle atau jika bertemu dengan batuan benua yang mempunyai densitas sama atau lebih besar maka akan terjadi mixing antara material kerak samudera dengan benua membentuk larutan silikat pijar atau magma. (Proses mixing terjadi pada kerak benua sampai 30 km di bawah permukaan bumi). Karena sea floor spreading terus berlangsung maka jumlah magma hasil mixing yang terbentuk akan semakin besar sehingga akan menerobos batuan-batuan di atasnya sampai akhirnya muncul ke permukaan bumi membentuk deretan gunung api.
Kondisi Geologi Dinamis Indonesia
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai pelajaran bagi kita:
- Gunung api selalu bergerak (dalam skala waktu geologi) mengikuti pergerakan benua-benua karena adanya dinamisme mantle bumi (arus konveksi). Fenomena ini sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an, “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 27:88)
- Gunung api muncul karena tekanan yang tinggi pada magma hasil mixing sehingga akan menerobos ke atas. Andaikan saja magma ini tidak bisa menerobos ke atas membentuk gunung-gunung api maka tentulah akan tersimpan tekanan pada dapur magma yang sangat besar dan akan terus bertambah karena penunjaman masih terus berlangsung. Dengan demikian pada kondisi seperti itu apabila batuan sekitar yang menampung magma tersebut terlampaui batas elastisitasnya maka akan terjadi bencana gempa bumi vulkanik yang teramat sangat hebatnya, yang jauh lebih besar dari gempa bumi yang selama ini dirasakan manusia. Fenomena ini pun telah tersurat dalam Al-Qur’an, “Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. 16:15)
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. 55:13). Maha Benar Allah atas segala firman-Nya. [Agus Haris W - oaseislam]
Ada tiga pandangan islam dalam mencermati suatu bencana, yaitu:
- Ujian dari Allah SWT. Yaitu Allah menurunkan musibah atau bencana kepada makhluk-Nya yang beriman kepada-Nya sebagai ujian terhadap keimanan seseorang, apakah ia akan tetap istiqamah. Karena di dalam Al-Qur’an diterangkan bahwa “Apakah engkau mengaku bahwa dirimu beriman, sebelum diturunkan kepadamu suatu cobaan.”
- Teguran dari Allah SWT. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang tidak akan tega melihat hamba-Nya yang masih mempunyai iman walaupun sedikit untuk larut dalam perbuataan dosa dan pelanggaran terhadap segala peraturan-Nya, sehingga Allah SWT menegur dengan cara-Nya agar hambaNya (khususnya yang selamat) bisa berbenah diri dan menyadari segala kesalahannnya kemudian bertaubat dan kembali ke jalan yang di ridhoi-Nya.
- Azab dari Allah SWT. Azab diturunkan Allah SWT kepada kaum yang dengan nyata-nyata membangkang. Dalam hal ini Allah betul-betul Maha Kuasa untuk menghancurkan suatu negeri tanpa sisa, seperti yang diceritakan Al-Qur’an dalam kisah-kisah, kaum Nabi Nuh, kaum Nabi Luth, Penduduk Madyan atau kaum Nabi Syuaib. Dengan diturunkannya banjir dasyat, gempa dasyat, petir, dan hujan batu api. Mereka semua dibinasakan (kecuali sedikit orang yang mengikuti petunjuk Allah SWT melalui Rasul pilihan-Nya).
Mencermati apa yang tejadi, … dapatkah kita memetik hikmah dari bencana-bencana yang melanda negeri kita dalam dekade terakhir ini, mulai dari Tsunami di Aceh, gempa Jogya, Tasikmalaya- Jawa Barat, Sumatera Barat dan sekitarnya, jebolnya Situ Gintung, maupun bencana Sumur Lapindo yang oleh sebagian pendapat mengatakan disebabkan karena keserakahan manusia. Dan masih banyak lagi bencana-bencana lain yang melanda negeri kita ini yang kalau ditulis semua bisa memenuhi tulisan ini. Pertanyaannya, … apakah bencana-bencana tersebut diturunkan sebagai ujian, teguran, atau azab?.
Kalau ujian Allah hanya diberikan kepada hamba-hambaNya yang saleh, dengan maksud untuk menguji tingkat keimanannya melalui sakit, kemiskinan, kehilangan harta benda, kehilangan jiwa dan sebagainya. Sedangkan, … azab diturunkan sebagai bentuk murka Allah kepada hamba-Nya yang mengingkari-Nya, seperti di kisahkan dalam Al-Qur’an, yakni kaum yang mengolok-olok, mengejek, menzalimi para nabi Allah. Namun, … bagaimana dengan keadaan kita sekarang ini?. Dari beberapa ceramah/tausyiah yang saya catat, mengatakan bahwa bencana yang terjadi atau menimpa kita pada dekade ini adalah merupakan teguran dari Allah, yakni untuk menyadarkan kita semua supaya beranjak dari perbuatan yang di murkai-Nya menuju ke jalan-jalan yang di ridhoi-Nya .
Boleh jadi kita mengatakan bencana tersebut sebagai ujian dari Allah semata dan ditujukan sebagai pelipur duka para korban. Namun, … adakah usaha atau upaya sungguh-sungguh untuk memperbaiki diri (introspeksi).
Pandangan atau pun pendapat-pendapat yang berkembang dimasyarakat termasuk tulisan ini tidak ada yang bersifat mutlak kebenarannya, karena bisa saja ada korban yang saleh, yang memang diberikan ujian dari Allah supaya bertambah keimannya, namun tidak tertutup juga kemungkinannya ada korban yang diberikan azab atas kejahatannya, namun, ada hal yang tidak boleh dikesampingkan begitu saja di sini yaitu, Allah menegur hamba-Nya yang salah dengan musibah supaya hamba-Nya kembali ke jalan yang di ridhoi-Nya.
Analoginya kira-kira begini, … jika dalam suatu keluarga/sekolah, ada anak-anak yang membandel, nakal, sering membolos sekolah, sering mengganggu temannya, suka tawuran, dan tidak menjalankan aturan orang tua atau aturan sekolah, maka jalan yang terbaik untuk kebaikan anak tersebut ialah dengan diberikan hukuman atas kesalahannya. Jika dibiarkan terus-menerus perbuatannya yang salah tanpa adanya hukuman, maka boleh jadi kenakalan si anak tersebut akan terus bertambah, karena ia merasa tidak ada yang salah dari kelakuannya atau kalau bandel boleh-boleh saja. Begitulah barangkali cara Allah SWT mengajarkan kita melalui melalui fenomena-fenomena alam yang terjadi.
Oleh sebab itu, marilah kita bermuhasabah dan instrospeksi diri terhadap kesalahan-kesalahan yang kita lakukan selama ini, dan dengan meninggalkan segala bentuk kemaksiatan serta berupaya dengan sungguh-sungguh menjalankan peraturan dan perintahNya. Janganlah kita malah membenci orang yang “ber amar ma’ruf nahi mungkar”, dan jangan juga suka saling memfitnah. Akhirnya, … akankah kita mengatakan bahwa bencana ini semata-mata karena gejala alam, dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan agama?. Padahal, … kebanyakan dari kita memahami bahwa agama itu diturunkan Allah SWT melalui Rasul pilihanNya sebagai petunjuk dalam mengarungi kehidupan di dunia ini.
Coba kita renungkan Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yaitu:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S. Al-A’raaf : 96)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar